JAMBI – Radikalisme...lawan! Radikalisme, lawan! Intoleran..lawan! Pekikan menentang paham radikal tersebut membahana bersahutan pada acara Konser Anti Radikalisme yang berlangsung spektakuler di Gedung Balairung Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muarojambi, Sabtu sore (16/9).
Kampanye kreatif paham radikalisme di lingkungan kampus itu merupakan karya kolaboratif Polda Jambi melalui jajaran Direktorat Intelkam dengan pihak civitas akademika Universitas Jambi (Unja).
Menurut Direktur Pencegahan Densus 88 Brigadir Jenderal Tubagus Ami Prindani yang sengaja hadir ke Jambi, kampanye anti radikalisme berbalut konser musik dan seni-budaya, untuk pertama kali di tanah air. Khususnya untuk lingkungan kampus.
“Kampanye Anti Radikalisme berbalut konser ini, baru pertama di tanah air. Sangat positif, apa yang dilakukan di Jambi hari ini, bisa menjadi contoh, untuk ditiru dan dilakukan oleh jajaran Polda lain di tanah air, ” kata Tubagus Ami Prindani menjawab wartawan seusai konser.
Pendapat serupa diamini Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi.
“Ini acara yang luar biasa. Kreatif! Ini pengalaman pertama saya berkampanye anti radikalisme seperti ini. Menarik, dan menurut saya lebih efektif untuk melekatkan materi yang disampaikan, ” beber Islah Bahrawi.
Tampil di hadapan sekitar 6.500 orang mahasiswa baru Unja, Islah Bahrawi dari tiga sesi penampilannya, menghamparkan seputar paham radikalisme. Mulai dari ciri-ciri korban yang terpapar, dampak negatifnya buat keutuhan bangsa dan negara. Termasuk pencerahan mengenai upaya mitigasi supaya paham radikal tidak menyebar.
Kapolda Jambi Inspektur Jenderal Rusdi Hartono yang tampil hebat sebagai pembuka konser, mengajak para mahasiswa Unja terus menjaga dan merawat semangat kebhinekaan yang sejatinya merupakan kekuatan bangsa Indonesia.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan bisa menyadarkan kita semua, betapa pentingnya menjaga kebhinekaan. Kebhinekaan itu merupakan kekuatan bangsa. Jangan terpengaruh paham-paham radikal yang muaranya hanya akan merongrong kebhinekaan.
Terutama buat para mahasiswa yang merupakan generasi penerus pemimpin bangsa. Kita berharap mahasiswa dan kampus di Jambi, khususnya, bisa menjadi benteng anti radikalisme. Apalagi dalam menyongsong era Indonesia Emas Tahun 20245. Tidak boleh gagal, generasi muda dan mahasiswa sebagai calon pemimpin nantinya, harus mengawal dan mewujudkan itu, ” kata Rusdi Hartono.
Rektor Unja Prof Sutrisno juga merespon positif konser anti radikalisme tersebut. Karya kolaborasi Unja bersama jajaran Polda Jambi itu, sebuah terobosan, dan selaras dengan Platform Unja-SMART yang tengah berjalan. Terutama untuk memberikan pemahaman kebenaran dan ancaman bahaya paham radikal kepada para mahasiwanya.
Spektakuler
Konser anti radikalisme yang diinisiasi Direktur Intelkam Polda Jambi Komisaris Besar Ronalzie Agus tersebut, terbilang spektakuler. Hal itu tergambar dari semangat dan kegembiraan mahasiswa sepanjang menikmati konser.
Konser diawali sekelompok mahasiwa Unja yang menyuguhkan permainan musik hadroh dengan lagu-lagu yang selaras dengan tema konser. Kemudian, D’Fresh Band grup band terkenal asal Jambi tampil menghibur hadirin dengan tembang pilihan, yang akrab di kuping mahasiswa.
Setelah itu, memasuki tema utama, para mahasiswa disuguhi tontonan (visualisasi) perang saudara yang memorakmorandakan negara Suriah, akibat ulah kelompok radikal. Kemudian dilanjutkan dengan atraksi mahasiswa Unja asal Papua, dengan membawakan tarian yang menggambarkan pertikaian antarsuku yang berujung perdamaian.
Usai tayangan menegangkan, kemudian muncul sosok paling ditunggu-tunggu paha mahasiswa. Yaitu penyanyi idola kebanyakan mahasiswa di tanah air, bernama Dhea Indrawari. Membawakan lagu Indonesia Pusaka, Dhea berhasil melenturkan suasana. Para mahasiwa pun ikut bernyanyi mengiringinya.
Suasana kembali menyala, ketika Kapolda Jambi Rusdi Hartono berpakaian dinasnya, tiba-tiba dari belakang kerumunan mahasiswa yang memadati lantai Balairung Unja.
Tampil bagaikan pesohor, Rusdi Hartono kemudian melangkap tegap hingga setengah berlari menyapa dan melambaikan tangan kepada para mahasiswa. Selanjutnya, beberapa menit di atas panggung, Rusdi Hartono berorasi mengajak para mahasiswa Unja membentengi diri dari pengaruh paham-paham radikal dan intoleransi.
Sisa waktu selanjutnya, berselang-seling menjadi milik Islah Bahrawi dan Dhea Indrawari. Suasana konser semakin heboh, namun tetap tertib. Setiap akhir sesinya, Islah Bahrawi memberikan pertanyaan berhadiah sepeda kepada mahasiswa yang bisa menjawab.
Turut menjali klimaks, Kapolda Rusdi Hartono, Rektor Prof Sutrisno menutup Konser Anti Radikalisme dengan bernyanyi dan bergoyang bersama ribuan mahasiswa yang memadati lantai bawah dan balkon Balairung Unja.(IS/put)